Pembunuh Kabur

Pembunuh Bos Asaba Kabur Lagi
Petugas LP Cipinang Diduga Terlibat
JAKARTA- Narapidana Gunawan Santoso alias Acin alias Indra Amapta alias Dustin Bakrie alias Kevin Martin yang dihukum mati dalam kasus pembunuhan Dirut PT Asaba Boedyharto Angsono, kemarin kabur dari LP Narkotika Cipinang. Menkumham Hamid Awaluddin mengatakan, dia tidak merusak gembok atau pintu sel, tetapi memanjat dua tembok setinggi 3,5 meter. Hamid mengatakan, dari hasil olah tempat kejadian perkara, petugas menemukan dua gembok yang tidak rusak. Akan tetapi, ditemukan kawat rusak atau putus sepanjang 40 cm. Pada saat kejadian, dua kamera pengintai rusak sejak 5 bulan lalu. "Dua kamera pengintai yang terpasang di dalam blok dan di pintu keluar itu rusak memuluskan pelarian Gunawan," ujarnya.
Delapan Pintu
Untuk meloloskan diri, Gunawan melewati delapan pintu yang tiga di antaranya dipasangi kawat berduri. Selain itu, dia bisa melewati empat pos penjagaan. Padahal setiap pos itu dijaga 3-4 petugas. Empat pos itu ada di sel blok, pos menuju dapur, pintu komandan, dan di pintu wakil komandan. "Nah pada saat inilah petugas tidak mengetahui sama sekali. Ada dua buah gembok yang hilang di pintu terakhir yang berdekatan dengan dapur. Pintu itu dalam keadaan tidak dikunci." Hamid mengatakan, otak pembunuhan Dirut PT Asaba itu tercatat sudah kabur dari tahanan untuk kedua kalinya. Dia mengaku heran Gunawan bisa melarikan diri. Padahal penjara menerapkan pengamanan ekstraketat. Semua terali terbuat dari baja. Tidak ada bangunan penjara seketat itu. Yang membuat heran Hamid, pada saat kabur, terali sel dan gembok kamar tidak rusak. "Pintu tidak rusak berarti ada sesuatu. Anda tidak mungkin percaya ada ilmu hilang?" katanya. Dia juga menyinyalir, Gunawan kabur memanfaatkan kelengahan petugas saat pergantian jaga tengah malam. "Peringatan saya kepada petugas, jika mengantar makanan atau membersihkan ruangan Gunawan, harus masuk berempat. Petugas yang lengah akan saya jatuhi sanksi khusus," ungkap dia. Hamid mengetahui Gunawan kabur setelah diberitahu Direktur Lapas Cipinang. "Saya ingin mencari tahu kenapa dia bisa lolos. Jika ada indikasi aparat saya terlibat, akan saya berhentikan," ujarnya.
Menyusul Syam
Sebagaimana diketahui, dalam kasus pembunuhan bos PT Asaba Boedyharto Angsono dan pengawalnya Edy Siyep, tiga orang dijatuhi hukuman mati. Mereka adalah anggota Marinir TNI AL dan seorang aktor Gunawan Santoso. Akan tetapi dari ketiga orang itu, yang saat ini masih meringkuk di sel menunggu hukuman mati hanya tinggal Kopda Suud Rusli. Sedangkan dua lainnya kabur, yaitu Letda Syam Ahmad Sanusi dan Gunawan Santoso. Suud sebelumnya juga telah kabur dua kali. Adapun Syam Ahmad Sanusi, begitu kabur, hingga saat ini belum terlacak.
Pada 19 Juli 2003, Pengadilan Militer Jakarta menyidang empat anggota Brigade Infantri Marinir Cilandak, yakni Letda Syam Ahmad Sanusi, Kopda Fidel Husni, Kopda Suud Rusli, dan Pratu Santoso Subianto, sebagai tersangka kasus pembunuhan Bos PT Asaba.
Para prajurit itu mengaku kenal dengan Gunawan sejak 1998. Sejak itu pula Gunawan "membina" mereka dengan memberikan imbalan uang. Ikatan emosional itu akhirnya semakin kuat dalam peristiwa pembunuhan Boedyharto. Keempat orang itu dibayar Rp 4 juta.
Dalam proses peradilan, Letda Syam Ahmad Sanusi dan Kopda Suud Rusli dijatuhi hukuman mati pada 4 Februari 2005. Mereka juga dipecat sebagai anggota TNI. Adapun Gunawan, divonis mati lebih dulu pada 24 Juni 2004.
Sementara dua anggota Marinir lainnya, Kopda Fidel Husni dan Pratu Santoso Subianto, dinyatakan tidak bersalah dan divonis bebas. Mereka sudah kembali ke kesatuan. Nama baik mereka juga sudah direhabilitasi. Pada 5 Mei 2005, Letda Syam dan Kopda Suud kabur dari sel tahanan Pangkalan Utama TNI-AL II Jakarta, Jalan Bungur Besar Jakarta Pusat. Mereka lari dengan cara menggergaji besi sel ruang tahanannya.
Suud ditangkap kembali pada 31 Mei 2005 di Sumbersari, Malang. Dia selanjutnya dibawa ke Jakarta dan ditahan di Rumah Tahanan Militer Cimanggis. Namun rasa rindu yang menyiksa pada kekasih hatinya, Ida Nurhandayani, membuat Suud nekat kabur lagi. Pria berotot ini kabur pada Minggu 6 November 2005 dengan cara memotong jeruji sel tahanan dengan gergaji besi. Suud ditangkap petugas gabungan dari Polsek Pagaden dan Intelpam Puspomad TNI AD, Rabu 23 November 2005 pukul 07.30 di sebuah saung sekitar Situ Saradan, Kampung Saradan, Desa Sukamulya, Kecamatan Pagaden, Subang. Pada 6 Desember 2005, dia dipindah ke Lembaga Permasyarakatan Militer (Masmil) di Sidoharjo, Surabaya.
Dalam kasus Gunawan kabur, diduga ada keterlibatan petugas dalam pelarian Gunawan Santoso. Dugaan itu semakin kuat setelah diketahui Gunawan ternyata membuka gembok selnya menggunakan kunci duplikat yang diperoleh dari oknum petugas LP. Bahkan setelah meninggalkan selnya, dia masih sempat mengunci kembali pintu sel itu dengan gembok. (H27, H28-48m)
Sebuah wujud aseli sli.. potret buram negeri ini. Saat mana keadilan dilecehkan sedemikian rupa sehingga orang bisa dengan mudah mempermainkannya. Entah sampai kapan kejain ini berulang ulang dan diulangi terus menerus. Hampir setiap orang di negeri pertiwi ini sudah mahfum, gara-gara perilaku kita sendiri yang sudah sedemikian culasnya mendarah daging, dari satu generasi ke generasi dibawahnya hingga sampai generasi paling bawah lagi, kita jadi merasa minder bersikap pada kebenaran. Seolah olah kebenaran adalah kesulitan maha dahzat tiada tara hingga sampai orang sedemian susah sekali mencapainya. susah susah dahulu , susah susah kemudian seterusnya begitu sebuah peribahasa dibuatnya. Audzubillah min dzalik.... alangkah serba nekanya kejadian sepanjang hari belaku terus menerus di negeri ini. Mungkin saban orang di dunia sepanjang hari tertawa tawa terbahak bahak menertawakan perilaku kita, semakin sering dan riuh orang tertawa kita akan merasa bangga dan bertepuk dada. Bak sebuah totonan meriah diatas panggung badut lelucon dan pagelaran menghibur, semua tepukan -tawa dan lengkingan nyinyir terbahak bahak bergelak lucu dan menghinakan bagaikan sebuah penyemangat berharga untul lebih lucu, lebih memalukan, lebih menggemparkan, dan lebih mengundang daya kelucuan yang maha dahzat tiada tara. Entah sampai ke generasi keberapa kegilaan ini bisa diakhiri.Mula mula aku bertanya pada anak anakku, "Hai Nak..... kamu orang mana ?" dia hanya bengong . "Hai Nak...., kamu bangsa mana ?" akh dia semakin bertambah bengong malu dan mulai ketakutan. "Hai Nak., jawab pertanyaan ayahmu!, Ayo Jawab !!!" Semakin ketakutan dia sampai dia menangis lari terbirit birit kepelukan ibunya. Guobloknya aku bertanya seperti itu pada bocah sekecil dia. Pasti dia tidak bisa menemukan jawabannya. Kalau tokh pada akhirnya dia makin besar dan bertambah dewasa, dia bisa juga semakin tidak tahu apa jawabannya. Malunya kalau mau mengakui bahwa dia orang indonesia , kalau sudah sedemikian parahnya nasib bangsa yang diakunya ? Mungkinkah suatu saat nanti anak-anakku juga memiliki perilaku yang sama dengan mereka....? Semoga sahaja tidak! Menjadi sebuah kewajiban kita untuk senantiasa mengingatkan dan mengarahkan mereka agar tidak salah jalan dan mengambil jalan yang salah. Terus terang sudah sejak 40-an tahun kita tidak diingatkan bahwa kesalahan adalah salah dan harus menerima hukumannya, 40tahun sebuah kerusakan generasi yang maha sempurna, kata aktifis mahasiswa 80-90an , 1 generasi sampai 2 generasi harus dipangkas habis gara gara itu ! sehingga pada akhirnya orang berbuat salah mesti mengaku bersalah dan mengakui perbuatannya dan berani menerima konsekuensi atas segala kesalahan yang diperbuatnya. Saat anak berbuat salah tidak serta merta kita memaafkannya, harus ada ganjaran atas kesalahan yang dia perbuat, dan menuntun dia untuk tidak merasa takut berbuat dan bertanggung jawab pada apa yang dia perbuat. Salah satu yang utama adalah kesalahan tetap kesalahan yang akan mendapat ganjaran punishment. Hingga tidak serta merta mereka - anak anak kita - menafikan sebuah kesalahan dan memandang sepele pada kesalahan yang mereka perbuat hingga semakin semena mena berlaku salah dan tidak merasa bersalah ! Bahwa pada saatnya nanti dia sadar bahwa tidak semua yang diajarkan bapaknya itu benar dan tidak semua kesalahan yang telah dia perbuat dulu adalah salah, biarkan itu menjadi proses memperkaya diri dia. tetapi pada hakikatnya kita orang tua sudah sedemikian rendah hati menghukum anak anak kita yang berbuat salah dan mengingatkan kesalahan kesalahan apa yang telah dia perbuat.
Jangan jadikan anak anakmu obyek dari kesalahan kesalahan yang pernah engkau perbuat. Biarkan mereka melesat bagai anak panah meluncur mencari jalannya sendiri, mencapai tujuannya sendiri sedang tanggungjawab kita terbentur pada seberapa kuat kita menarik busur anak anak panah awal mereka melesat nanti.... ( kata Khahlil Gibran...dibolak balik pake katakata sendiri)

Comments