Sesaat setelah aku menyadari diriku terpuruk dalam, hanya ungkapan itulah yang selalu terngiang keras keluar dari kerongkongan keringku.
Letih aku mengharap ternyata hanya selewatan kecil sayup sayup terdengar jawaban, secepat kilat pula lewat. Yang muncul belakangan adalah sepi dan ketakutanku sendiri. Tidak terasa aku semangkin sadar bahwa aku telah kehilangan. Kasih sayang dari adikku tersayang sejenak menghampiri , kembali lagi aku membenamkan diri lebih dalam lagi. Untunglah aku salah praduga pada 2 orang kawanku, dari mereka-merekalah aku bisa hidup lagi dibulan ini.
Ah, cobaan dan hukuman ini memang layak aku nikmati saat ini. Aku yakin pasti suatu saat nanti akan datang keindahan pertolongan dari doa-doaku yang mulai sepi, saat itu aku aku berbangga diri bahwa aku telah mecapai kesuksesanku yang paling hakiki, keberhasilan puncak perjuanganku meraih mimpi. Hingga aku tak mau membiarkan sesiapapun orang yang aku tahu mengalami kejadian yang sama seperti apa yang aku alami saat ini. Sedih sekali ditinggalkan, saat engkau terpuruk tak ada gula manis yang bisa engkau hasilkan, maka bagi sesiapapun engkau tak lebih adalah kepahitan dan penyakit yang harus dihindari. Jangankan datang uluran tangan, menengokpun tidak !
Hampir saja aku memutuskan untuk mati saja karena tak ada lagi hidup bisa aku pandang didepan sana, sayang kematian adalah hak hakiki dari Allah Swt yang tak boleh aku seenaknya saja kangkangi hanya karena ingin menyelesaikan hidup. Sedikit saja kata berakhir aku coba teriakan saat cekat gelap melambat, kalau saja aku mencoba tidak bisa membangunkan sisa sisa keberanianku yang hampir mati bahwa selalu ada saja jalan penyelesaian di sebuah permasalahan. Inilah sebuah jalan yang harus aku lalui begitulah kesadaranku mencoba melawan setan keputusasaanku. Aku mencoba hidup lagi !
Aku terbangun dari tidurku, aku membuka sedikit demi sedikit mataku, aku mulai melawan keras setiap keputusasaanku, hanya benar kaki ini terasa berat dan melambat malu pelan sekali jalannya.
Tiba – tiba anakku sakit, badannya hampir saja penuh gatal gatal bernanah , aku kelu. Terpaksanya aku memberanikan diri menghubungi adik perempuanku, aku mencoba berharap 2 orang kawan lama terdekatku, aku menaklukkan mereka dengan keadaanku dan aku dibantu. Aku menyelesaikan beberapa kewajibanku, anakku mulai sembuh dan baikan, kembali aku tercekat lagi dengan masalahku lagi dan lagi , untunglah masih ada sedikit hutang yang bisa menangani hutangku. Istriku berteriak marah pada keadaan kami , aku hanya bisa menjawab diam, sayangku mencoba menghubungi ayah dan ibunya dan bantuanpun segera akan datang. Seandainya aku bisa menangis mengadukan ini pada ayah ibuku?
Yang pasti aku sekarang masih hidup dan aku mulai berani mencoba untuk berani ! Doakan aku. Thank you sister , my friends you bring me to life again.
Ah, cobaan dan hukuman ini memang layak aku nikmati saat ini. Aku yakin pasti suatu saat nanti akan datang keindahan pertolongan dari doa-doaku yang mulai sepi, saat itu aku aku berbangga diri bahwa aku telah mecapai kesuksesanku yang paling hakiki, keberhasilan puncak perjuanganku meraih mimpi. Hingga aku tak mau membiarkan sesiapapun orang yang aku tahu mengalami kejadian yang sama seperti apa yang aku alami saat ini. Sedih sekali ditinggalkan, saat engkau terpuruk tak ada gula manis yang bisa engkau hasilkan, maka bagi sesiapapun engkau tak lebih adalah kepahitan dan penyakit yang harus dihindari. Jangankan datang uluran tangan, menengokpun tidak !
Hampir saja aku memutuskan untuk mati saja karena tak ada lagi hidup bisa aku pandang didepan sana, sayang kematian adalah hak hakiki dari Allah Swt yang tak boleh aku seenaknya saja kangkangi hanya karena ingin menyelesaikan hidup. Sedikit saja kata berakhir aku coba teriakan saat cekat gelap melambat, kalau saja aku mencoba tidak bisa membangunkan sisa sisa keberanianku yang hampir mati bahwa selalu ada saja jalan penyelesaian di sebuah permasalahan. Inilah sebuah jalan yang harus aku lalui begitulah kesadaranku mencoba melawan setan keputusasaanku. Aku mencoba hidup lagi !
Aku terbangun dari tidurku, aku membuka sedikit demi sedikit mataku, aku mulai melawan keras setiap keputusasaanku, hanya benar kaki ini terasa berat dan melambat malu pelan sekali jalannya.
Tiba – tiba anakku sakit, badannya hampir saja penuh gatal gatal bernanah , aku kelu. Terpaksanya aku memberanikan diri menghubungi adik perempuanku, aku mencoba berharap 2 orang kawan lama terdekatku, aku menaklukkan mereka dengan keadaanku dan aku dibantu. Aku menyelesaikan beberapa kewajibanku, anakku mulai sembuh dan baikan, kembali aku tercekat lagi dengan masalahku lagi dan lagi , untunglah masih ada sedikit hutang yang bisa menangani hutangku. Istriku berteriak marah pada keadaan kami , aku hanya bisa menjawab diam, sayangku mencoba menghubungi ayah dan ibunya dan bantuanpun segera akan datang. Seandainya aku bisa menangis mengadukan ini pada ayah ibuku?
Yang pasti aku sekarang masih hidup dan aku mulai berani mencoba untuk berani ! Doakan aku. Thank you sister , my friends you bring me to life again.
Comments