Menjadi Manusia !

Melindas dan Digigit Semut.,
December 25, 2009


Sebuah kejadian yang tidak sederhana ketika tiba – tiba saat anda berjalan atau mengepel lantai secara tidak sengaja anda merasa yakin telah melindas semut, sebaliknya pada sebuah kesempatan yang lain anda menerima perlakuan kurang sedap sesaat kaki atau bagian tubuh anda digigit semut secara menggemaskan sampai – sampai ada kalanya 1 ekor semut berani mengorbankan nyawanya untuk menyakiti anda ! Ironi ya pembalasan sampai mati !
Ketika kita mencoba melankolis menyadari keteledoran kita menginjak mati 1 ekor / segerombolan semut tadi sekaligus dan merasakan nikmatnya sakit gigitan 1 ekor yang lain yang rela mengorbankan dirinya mati demi sebuah balas dendam, maka yang terjadi adalah sebuah keniscayaan nyata yang sering kita alami sehari hari , kadang kita secara sukarela menjadi sang penindas, diwaktu yang tak jauh berbeda kita sering putus asa menjadi korban dari perbuatan melindas itu, hanya sedikit orang yang mampu dan berani melawan balik segala penindasan, tidak sedikit segala perlawanan itu adalah kekonyolan sekaligus kebodohan tersembunyi karena semangat perilaku balas dendam hewani belaka.

Mekanisme ketidak sengajaan dan ekspresi membela diri yang sangat sederhana tidak jauh sama dari kesan balas dendam tadi secara serampangan dan bebas sengaja aku scenario-kan pada kejadian sehari – hari yang kita sering alami misalnya di jalan raya. Ada kesan menarik sekaligus lucu, menggelikan saat kita menyaksikan gonjang ganjing kejadian seru di negeri ini, katakanlah kejadian Luna versus Maya yang akan jadi urusan pulisi dan pengadilan ! Lho apa hubungannya antara semut dan selebriti pulisi atau pengadilan ? Kalau dilihat – lihat secara lebih ngawur apapun yang sedang terjadi semuanya tak lebih dari urusan semut – semut .
Atau misal, saat kita sedang berjalan kaki menyeberang di jalan raya, tiba-tiba ada sebuah motor/mobil menyelonong nakal menyenggol kita , perilaku ugal – ugalan sang pengendara adalah pemicu awalnya , malah ulah yang mengendarai kendaraan secara kesetanan tadi bisa saja merengut nyawa kita, paling tidak mengagetkan kita secara tiba – tiba dan membabi buta . Pastilah sang penabrak tidak berpikiran sama, alih alih merasa bersalah dan saling damai meminta maaf akan kejadian buruk yang baru saja terjadi, sering kali kita yang jadi korbanlah yang disalahkan, lebih banyak kita kadang disalahkan karena entah mata kita kurang waspada lah , kurang hati-hati menyeberang lah atau tidak pada tempatnya ada motor atau mobil ngebut sedang mengejar waktu kok malah tega – teganya melintas , syukurlah kelindas ! Jangan – jangan memang mata kita lah yang tidak waspada ? Bisa jadi !
Dilain kesempatan ada kalanya sang korban tidak mau semena – mena tergeletak tak berdaya pasrah dan mati saja menerima nasib tertindas, pada sebuah kesempatan kecil sang korban melawan balik , menyengat, menghantam keras, bak seekor banteng ketaton , sengatan balas dendam ini ternyata lebih telak dari apa yang ditimbulkan sebelumnya, ini adalah bukti bahwa ketidak berdayaan ada juga batasnya, sayang memang kalau pembalasan sangat setimpal atau melebihi kehancuran yang pernah terjadi/ditimbulkan, telak dan mengharu-birukan .

Sadarkah kita hanyalah mirip segerombolan semut – semut yang berlalu lalang di jalan raya, atau menyusup di meja dan almari , mengais – ngais rejeki berlalu lalang kesana kemari bak sebuah komunitas besar saling berebut rejeki , berbeda dengan komunitas semut yang saling bekerja sama mendapatkannya. Ketidak sengajaan kadang merengut segerombolan kita, keteledoran kadang melenyapkan nyawa kita atau saudara teman dan handaitaulan kita,
Kita bisa mengandaikan kejadian tadi hanyalah perilaku hewani kita yang cenderung hidup subur menga-lahkan sifat aseli kita yang manusiawi, rasa kemanusiaan kita adalah sebuah anugerah indah yang melebihi segalanya , sudah selayaknya sifat aseli manusia adalah memanusiakan manusia , rasa kemanusiaannya lebih dan bisa mengalahkan kebuasan rasa hewaninya yang selalu ingin menang dan membinasakan hewan yang lain.

Bagaimana jika kita mencoba hati hati , tidak mencelakakan orang lain, relakah orang lain yang sedang akan kita celakai itu adalah anak kita sendiri , istri/suami kita sendiri , ayah ibu atau orang tua kita sendiri, apakah kita sudah cukup bersabar membiarkan manusia yang lain mencoba menikmati haknya sebagai manusia juga. Masih adakah rasa malu dalam diri kita yang paling dalam saat kita menyakiti manusia yang lain kita mencoba membalik perasaan itu bahwa kita lah yang sedang disakiti oleh orang lain dan ternyata orang lain itu tidak perduli dengan nasib kita. Perlu adakah ketegaan kita memicingkan mata biasa saja melihat sebuah kecelakaan hanyalah kejadian ketidaksengajaan belaka yang bisa saja terjadi pada siapa saja dan menimpa siapa saja , pastilah ada yang bersalah dan harus ditimpakan kesalahannya seberat beratnya pada orang yang paling mungkin disalahkan ! Pada akhirnya melalui permintaan maaf dan saling memaafkan bisa menjadi obat pelipur lara, bahwa sebenarnya kita adalah makhluk biasa yang fana jauh dari kesempurnaan serta penuh kealphaan dan salah. Manusia memang jauh dari kata sempurna ! Lebih indah lagi jika kita bisa saling duduk bersama santai relax menyelesaikan masalah sambil ngobrol minum Susu Kedelai BEE +Plus69 nan hangat nikmat sehat dan menyegarkan. Bagaimana, bisa anda coba ?

Sayang memang ini tidak mudah, hingga tarikan nafas terakhir saat anda membaca tulisan ini anda akan bisa secara mudah menyaksikan ketidak sengajaan yang sedang mencelakakan kita atau semut kecil yang sedang melawan balik dengan senjata mematikannya . Apakah kita akan terus merelakan diri dikuasai oleh ketidak manusiawian kita sebagai manusia ?
Lalu dimanakah rasa manusiawi kita ?
Jawabnya hanya saat kejadian itu berlangsung
Bukan saat kejadian ini aku tulis , bukan pula saat anda membaca tulisan ini
Pada saat kejadian itu datang menimpa anda, saat anda melindas semut atau saat anda digigit semut .
Mulai sekarang mari kita bersama sama belajar menjadi manusia.

foto diatas taken from =
http://www.jogjaphoto.net/sugeng/images/20080412172107_buto.jpg
karya fotografer : Sugeng Harianto

Comments