Ya Tuhan...


Ya Allah duhai mengapa nasibku seperti ini ?
Sudahkah anda mengunjungi sebuah panti asuhan anak cacat, atau yang agak mudah mengunjungi sebuah sekolah luar biasa didekat lokasi anda berada, atau yang agak gampang lagi mengunjungi sebuah keluarga kecil tergelotek mesra dibawah jembatan kota nan dekil dan kumuh atau emperan toko nan dingin dan alakadarnya? Coba tengok dan perhatikan atau kalau anda berani bisa juga bertanya apakah mereka punya pertanyaan seperti itu berulang ulang setiap hari sepanjang hidupnya ? dan sedangkah kita bernasib lebih baik dan “normal” dibandingkan mereka ?
Lalu mengapa kita lebih banyak bertanya dan menduga duga seberapa parah dan menyedihkannya nasib kita sedangkan kita sadar tidak sedang dalam keadaan seperti mereka ? Andai saja kita lebih mau peka bahwa kita sudahlah lebih baik dan sempurna sekarang ini !

Coba bayangkan seandainya kita adalah seorang kaya raya bergelimang harta , anak istri cucu keluarga besar kita bahagia menimati harta kekayaan kita sampai 7 turunan kelak, sedang pada saat itu kita tergolek lemah saja di ranjang kasur rumah/rumah sakit sendirian menyaksikan kebahagian mereka dari setiap jerih payah kita sendiri ? Mana letak bahagianya ? Atau kita bahagia kaya raya istri cantik jelita, atau suami gagah perkasa tiada tara , sedang tepat didepan kita tergolek anak-anak kita atau orang tua kita merintih rintih menangis tak berdaya di ranjang rumah sakit menunggu sang ajal dating menjemput ? Oh, aduhai sedang mengapa nasibku saat ini ?
Berbahagialah akan nasib dan kejadian yang sedang kita nikmati saat ini karena sebenarnya kita sangat lebih beruntung dari banyak orang lain. Bahwa ikhlas menerima apa yang sedang kita nikmati dan hadapi ini sekarang adalah kenimatan luar biasa dahsyat dibandingkan kita tidak sedang menikmati apa yang seperti sekarang ini. Terlepas dari apa yang sedang kita nikmati itu memang sesungguhnya sungguh tidak membuat kita cukup senang bahagia kaya raya sehat atau hanya biasa biasa saja.
Cukup fair kalau kita harus banyak belajar pada saudara2 kita yang belum beruntung kondisinya selamanya sepanjang hidupnya sampai nanti mati menjemputnya. Apa kunci sukses mereka bahagia dengan keadaan mereka ? Sepertinya mereka sedang tidak merasakan keadaan mereka itu, mereka lebih menikmati apa yang seda n merek kerjakan saat itu, dan mereka bahagia saat itu dan acuh pada keluhan yang kalau dipaksakan pasti mereka akan lebih memilih posisi seperti apa adanya anda sekarang ini, dan sudah cukupkah ketegaan kita berkesah keluh Ya Allah aduhai alangkah mengapa nasibku sekarang ini ?

Comments